Re-reading my old note "Tentang Rencana".
Dammit! I'm not happy you know.
I realized that it was MY plan. Not OUR plan.
Just like every other decision made in this family: they are MY decisions, so that whatever hard work required is MY responsibilities and if anything goes wrong it will be MY fault.
You don't see how lonely and resentful I've become after 4 years.
In your easy going existence you think that as long as you don't do bad, then everything is good. The big problem for me is that you don't do anything bad, but you don't do anything good either!
I've grown from single to married to being a mother.
From earning just enough for me to earning enough for a bunch of us and secure our future. From not knowing what to do in my free time to not having free time at all. But you're still the same. Doing the old things, the same old way.
Before the wedding proposal your mother questioned me whether I was sure about marrying you since you were, in her words, "no one". I thought she meant financially so I said "I can provide for both of us". But I didn't expect to be doing everything completely on my own!
Oh, hell.. I've gone through this with you enough to know that nothing will change. You will be you. And I will be me crying in the back of a taxi for/because of someone who doesn't even understand what the big deal is.
All I can say is, I deserve more and I'm getting more.
Friday, September 10, 2010
Tentang Rencana
Pagi-pagi (gak sengaja) pamer perut yang mulai gendut di depan suami.
Ngeliat ekspresi wajahnya yg mulai senyum-senyum ngeledek:
Ngeles dong gw (sambil usap-usap si lemak): anak kedua nih hehe...
Tanggapan suami (penuh harap): Emang udah mau punya anak lagi?
Rencana gw no. 1: Nggak, kan nanti kalo si boncel udah 4 tahun
Tanggapan suami: Oiya...(senyum)
Rencana gw no.2: dan kalo aku udah ngerasain ke Ujung Kulon
Tanggapan suami: Hmmm...(masih senyum, rupanya ingat pd janjinya di ruang bersalin dulu)
Rencana gw no. 3: dan kalo kamu udah berhenti ngerokok
Tanggapan suami: ........................................ (langsung diem) (lalu tarik bantal nutup muka)
*Gak lama sayup-sayup terdengar dari balik bantal: Insya allah ya....
*hampir gak kedengeran karena ketutup suara gw sendiri yang sibuk ngakak.
-d-
*As posted on my FB, November 15, 2009 at 5:59am
Ngeliat ekspresi wajahnya yg mulai senyum-senyum ngeledek:
Ngeles dong gw (sambil usap-usap si lemak): anak kedua nih hehe...
Tanggapan suami (penuh harap): Emang udah mau punya anak lagi?
Rencana gw no. 1: Nggak, kan nanti kalo si boncel udah 4 tahun
Tanggapan suami: Oiya...(senyum)
Rencana gw no.2: dan kalo aku udah ngerasain ke Ujung Kulon
Tanggapan suami: Hmmm...(masih senyum, rupanya ingat pd janjinya di ruang bersalin dulu)
Rencana gw no. 3: dan kalo kamu udah berhenti ngerokok
Tanggapan suami: ........................................ (langsung diem) (lalu tarik bantal nutup muka)
*Gak lama sayup-sayup terdengar dari balik bantal: Insya allah ya....
*hampir gak kedengeran karena ketutup suara gw sendiri yang sibuk ngakak.
-d-
*As posted on my FB, November 15, 2009 at 5:59am
Tentang Kesabaran
Jika kamu berpikir bahwa toilet time is the ultimate 'me' time: saat di mana kamu bisa damai sendirian, tanpa gangguan telepon, sms, YM, email atau teriakan dari manusia-manusia lain yang biasanya menginginkan sesuatu darimu,
maka kesabaran adalah ketika kamu mendapati dirimu jongkok di toilet di pagi buta memenuhi panggilan alam, sambil memeluk seorang bocah mungil yang ngotot menyusulmu lalu berdiri di sana memeluk lehermu dan merebahkan kepalanya di pundakmu, dan kamu tidak mengusirnya, karena kamu tahu bahwa tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa menenangkannya di saat ia sedang sakit seperti itu kecuali pelukanmu.
Jika kamu berpikir bahwa sariawan adalah hal yang paling menyebalkan: sakit tapi gak bisa cuti sakit, lapar tapi gak nafsu makan, males tapi harus sikat gigi,
maka kesabaran adalah ketika kamu mendapati matamu berkaca-kaca dan airmata mengalir tanpa bisa kamu tahan, sementara otakmu menjadi buntu akibat rasa sakit yang tiba-tiba menyengat setelah bocah mungil di pelukanmu (lagi-lagi) tidak sengaja membenturkan kepalanya tepat di bagian bibir yang sama yang sehari sebelumnya terluka (juga) karena hal yang sama, namun kamu tidak menuruti dorongan untuk berteriak-teriak memaki dunia melampiaskan rasa sakit itu karena kamu tahu bahwa bocah mungil tadi tidak bermaksud menyakitimu, ia hanya sedang gembira melihat pesawat lewat.
Jika kamu berpikir bahwa rambutmu adalah salah satu benda berharga yang kamu miliki,
maka kesabaran adalah ketika kamu menunggui seorang bocah mungil dipotong poninya, dan ketika ia selesai dan diijinkan turun dari bangku tinggi ia menghampirimu sambil menggenggam sisir merah jambu yang disambarnya dari rak kerja pemilik salon, lalu menyisir rambutmu beberapa kali, dan ketika kamu mengangkat kepalamu dari majalah yang sedang kamu baca, kamu menjerit menyadari bahwa sisir yang dipegang bocah mungil tadi adalah sisir silet, lalu kamu meraba sisi samping kepalamu dan mendapati helaian-helaian rambutmu berjatuhan ke lantai begitu banyaknya, namun kamu segera menghela nafas panjang dan melupakannya, supaya kamu bisa memeluk bocah mungil yang kini menangis sesenggukan karena kaget mendengarmu menjerit.
Jika kamu berpikir bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama untuk makan, tidur dan mandi,
maka kesabaran adalah ketika kamu mendapati dirimu berada dalam kondisi lapar, lelah dan lengket sekujur badan setelah bekerja sepanjang pagi siang dan sore, lalu terjebak macet di awal malam, dan yang kamu inginkan hanyalah kesempatan untuk mendapatkan hak-hak tadi, dan pada saat yang sama seorang bocah mungil memutuskan bahwa ia berhak mendapatkan perhatian orangtuanya setelah berpisah sepanjang pagi siang dan awal malam, dan ia begitu bersikeras mendapatkan perhatian itu dengan cara apapun termasuk menangis dan menjerit non-stop selama berjam-jam berikutnya, namun kamu tidak membiarkan suara-suara bising yang dikeluarkannya menghilangkan akal sehatmu yang mulai melemah karena rasa ngantuk,
karena kamu ingat bahwa penyesalan adalah nama dari perasaan yang akan muncul kalau kamu membiarkan akal sehatmu kalah dan mengikuti dorongan emosimu untuk menolak memeluknya dan justru memarahinya karena tidak berhenti menangis.
*as posted on my FB on Friday, November 13, 2009 at 9:57pm
maka kesabaran adalah ketika kamu mendapati dirimu jongkok di toilet di pagi buta memenuhi panggilan alam, sambil memeluk seorang bocah mungil yang ngotot menyusulmu lalu berdiri di sana memeluk lehermu dan merebahkan kepalanya di pundakmu, dan kamu tidak mengusirnya, karena kamu tahu bahwa tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa menenangkannya di saat ia sedang sakit seperti itu kecuali pelukanmu.
Jika kamu berpikir bahwa sariawan adalah hal yang paling menyebalkan: sakit tapi gak bisa cuti sakit, lapar tapi gak nafsu makan, males tapi harus sikat gigi,
maka kesabaran adalah ketika kamu mendapati matamu berkaca-kaca dan airmata mengalir tanpa bisa kamu tahan, sementara otakmu menjadi buntu akibat rasa sakit yang tiba-tiba menyengat setelah bocah mungil di pelukanmu (lagi-lagi) tidak sengaja membenturkan kepalanya tepat di bagian bibir yang sama yang sehari sebelumnya terluka (juga) karena hal yang sama, namun kamu tidak menuruti dorongan untuk berteriak-teriak memaki dunia melampiaskan rasa sakit itu karena kamu tahu bahwa bocah mungil tadi tidak bermaksud menyakitimu, ia hanya sedang gembira melihat pesawat lewat.
Jika kamu berpikir bahwa rambutmu adalah salah satu benda berharga yang kamu miliki,
maka kesabaran adalah ketika kamu menunggui seorang bocah mungil dipotong poninya, dan ketika ia selesai dan diijinkan turun dari bangku tinggi ia menghampirimu sambil menggenggam sisir merah jambu yang disambarnya dari rak kerja pemilik salon, lalu menyisir rambutmu beberapa kali, dan ketika kamu mengangkat kepalamu dari majalah yang sedang kamu baca, kamu menjerit menyadari bahwa sisir yang dipegang bocah mungil tadi adalah sisir silet, lalu kamu meraba sisi samping kepalamu dan mendapati helaian-helaian rambutmu berjatuhan ke lantai begitu banyaknya, namun kamu segera menghela nafas panjang dan melupakannya, supaya kamu bisa memeluk bocah mungil yang kini menangis sesenggukan karena kaget mendengarmu menjerit.
Jika kamu berpikir bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama untuk makan, tidur dan mandi,
maka kesabaran adalah ketika kamu mendapati dirimu berada dalam kondisi lapar, lelah dan lengket sekujur badan setelah bekerja sepanjang pagi siang dan sore, lalu terjebak macet di awal malam, dan yang kamu inginkan hanyalah kesempatan untuk mendapatkan hak-hak tadi, dan pada saat yang sama seorang bocah mungil memutuskan bahwa ia berhak mendapatkan perhatian orangtuanya setelah berpisah sepanjang pagi siang dan awal malam, dan ia begitu bersikeras mendapatkan perhatian itu dengan cara apapun termasuk menangis dan menjerit non-stop selama berjam-jam berikutnya, namun kamu tidak membiarkan suara-suara bising yang dikeluarkannya menghilangkan akal sehatmu yang mulai melemah karena rasa ngantuk,
karena kamu ingat bahwa penyesalan adalah nama dari perasaan yang akan muncul kalau kamu membiarkan akal sehatmu kalah dan mengikuti dorongan emosimu untuk menolak memeluknya dan justru memarahinya karena tidak berhenti menangis.
*as posted on my FB on Friday, November 13, 2009 at 9:57pm
Love is
Love is...
when your husband is banging on the bathroom door cos he really needs to go to the loo,
and you hurriedly snatched the towel from its hanger, wrap it around your body, grab the shampoo bottle with your left hand, hold the toothbrush with your right hand, somehow managed to open the door, not saying anything cos your mouth is full of toothpaste from your half-finished tooth brushing, then proceed to the dish washing area, finish tooth brushing and awkwardly try to wash your hair by squatting and bowing your head as low as possible under the very low tap. Just so you dear husband can enjoy his moment when nature calls...
*copy pasted from my other blog
Feb 17, '09 2:27 PM
when your husband is banging on the bathroom door cos he really needs to go to the loo,
and you hurriedly snatched the towel from its hanger, wrap it around your body, grab the shampoo bottle with your left hand, hold the toothbrush with your right hand, somehow managed to open the door, not saying anything cos your mouth is full of toothpaste from your half-finished tooth brushing, then proceed to the dish washing area, finish tooth brushing and awkwardly try to wash your hair by squatting and bowing your head as low as possible under the very low tap. Just so you dear husband can enjoy his moment when nature calls...
*copy pasted from my other blog
Feb 17, '09 2:27 PM
Tentang Kemesraan
Malam ini hari sudah mendekati penghujung malam, waktu yang biasanya dipakai sebagian besar manusia lain untuk memulai ritual tidur. Tapi seperti banyak malam lainnya di sebuah rumah di Depok, babak baru justru dimulai dengan kekompakan yang sudah terasah selama 4 tahun.
9.45 malam: Sepasang laki-laki dan perempuan turun dari motor, parkir di garasi, lalu mulai bergerak ke arah yang berbeda. Yang perempuan meletakkan tas di lantai ruang tamu, lalu menuju kulkas, meraup wortel buncis kentang dan ayam (atau apa saja yang kebetulan ada). Kemudian dia menuju rak piring, mengambil pisau, talenan dan gunting favoritnya, lalu menuju dapur. Yang laki-laki buka baju dan duduk manis di depan komputer lalu menyalakan komputer untuk menonton tivi (mereka sejak lama memutuskan untuk tidak punya pesawat TV di rumah).
10 malam: Si perempuan asyik di dapur mencuci, memotong, menggunting, mengukus dan membuat kuah gravy. Kepalanya yang tertunduk tekun justru pertanda bahwa dia mulai santai dan melupakan segala urusan kantor. Pada saat yang sama, si laki-laki asyik mengganti-ganti saluran tivi, berhenti sedikit lebih lama ketika menemukan siaran bola, sambil sesekali berkomentar ini itu tentang berbagai acara yang diputar. Komentarnya yang acak justru pertanda bahwa dia mulai santai dan melupakan kemacetan yang dihadapinya selama 2 jam non-stop pulang pergi menjemput istri.
10.15 malam: Setelah sayuran kukus dan gravy siap, tanpa perlu komando apapun, si lak-laki menuju dapur dan mengambil dada ayam, membelahnya jadi dua lalu mulai membuat crispy steak. Si perempuan? Melenggang ke kamar mandi dan mandi sepuasnyaaaa...lalu gantian menonton tivi dan fesbukan sambil menunggu steak matang.
10.30 malam: Si laki-laki datang menghampiri si perempuan di depan komputer sambil membawa dua piring steak dan dua cangkir berisi teh panas. Keduanya lalu duduk di lantai dan mulai makan sambil memuji kehebatan masing-masing: "Enak kan steaknya? Iya, enak, nggak kalah sama Country Steak kan? Iya, makasih say. Ini bikin gravy-nya gimana sih. Gini loh say... ".
11.15 malam: Makanan habis tandas, si perempuan kembali ke depan komputer fesbukan sambil menikmati segelas teh yang sekarang sudah pas hangatnya. Si laki-laki membereskan piring dan membawanya ke dapur.
11.25 malam: Keduanya duduk bersisian di depan komputer. Yang perempuan masih asik fesbukan sementara si laki-laki menonton tivi yang diperkecil ukurannya di pojok bawah layar monitor. Sesekali bertukar kata dan berita tentang sesuatu yang menarik di fesbuk atau tivi. Selebihnya sekedar menikmati kebersamaan.
Mereka meyakini bahwa tiap pernikahan adalah unik dan bahwa tiap pelaku di dalamnya dapat menciptakan aturan main yang terbaik sesuai kondisi mereka masing-masing, tanpa harus memaksakan diri memenuhi apa kata orang tentang "seharusnya". Salah satunya termasuk menikmati kebersamaan di larut malam ketika pagi hingga siang hari adalah milik buah hati, sedangkan siang hingga malam hari dibaktikan untuk rencana masa depan.
Happy Anniversary darling!
*as posted in FB on 7 May 2010
9.45 malam: Sepasang laki-laki dan perempuan turun dari motor, parkir di garasi, lalu mulai bergerak ke arah yang berbeda. Yang perempuan meletakkan tas di lantai ruang tamu, lalu menuju kulkas, meraup wortel buncis kentang dan ayam (atau apa saja yang kebetulan ada). Kemudian dia menuju rak piring, mengambil pisau, talenan dan gunting favoritnya, lalu menuju dapur. Yang laki-laki buka baju dan duduk manis di depan komputer lalu menyalakan komputer untuk menonton tivi (mereka sejak lama memutuskan untuk tidak punya pesawat TV di rumah).
10 malam: Si perempuan asyik di dapur mencuci, memotong, menggunting, mengukus dan membuat kuah gravy. Kepalanya yang tertunduk tekun justru pertanda bahwa dia mulai santai dan melupakan segala urusan kantor. Pada saat yang sama, si laki-laki asyik mengganti-ganti saluran tivi, berhenti sedikit lebih lama ketika menemukan siaran bola, sambil sesekali berkomentar ini itu tentang berbagai acara yang diputar. Komentarnya yang acak justru pertanda bahwa dia mulai santai dan melupakan kemacetan yang dihadapinya selama 2 jam non-stop pulang pergi menjemput istri.
10.15 malam: Setelah sayuran kukus dan gravy siap, tanpa perlu komando apapun, si lak-laki menuju dapur dan mengambil dada ayam, membelahnya jadi dua lalu mulai membuat crispy steak. Si perempuan? Melenggang ke kamar mandi dan mandi sepuasnyaaaa...lalu gantian menonton tivi dan fesbukan sambil menunggu steak matang.
10.30 malam: Si laki-laki datang menghampiri si perempuan di depan komputer sambil membawa dua piring steak dan dua cangkir berisi teh panas. Keduanya lalu duduk di lantai dan mulai makan sambil memuji kehebatan masing-masing: "Enak kan steaknya? Iya, enak, nggak kalah sama Country Steak kan? Iya, makasih say. Ini bikin gravy-nya gimana sih. Gini loh say... ".
11.15 malam: Makanan habis tandas, si perempuan kembali ke depan komputer fesbukan sambil menikmati segelas teh yang sekarang sudah pas hangatnya. Si laki-laki membereskan piring dan membawanya ke dapur.
11.25 malam: Keduanya duduk bersisian di depan komputer. Yang perempuan masih asik fesbukan sementara si laki-laki menonton tivi yang diperkecil ukurannya di pojok bawah layar monitor. Sesekali bertukar kata dan berita tentang sesuatu yang menarik di fesbuk atau tivi. Selebihnya sekedar menikmati kebersamaan.
Mereka meyakini bahwa tiap pernikahan adalah unik dan bahwa tiap pelaku di dalamnya dapat menciptakan aturan main yang terbaik sesuai kondisi mereka masing-masing, tanpa harus memaksakan diri memenuhi apa kata orang tentang "seharusnya". Salah satunya termasuk menikmati kebersamaan di larut malam ketika pagi hingga siang hari adalah milik buah hati, sedangkan siang hingga malam hari dibaktikan untuk rencana masa depan.
Happy Anniversary darling!
*as posted in FB on 7 May 2010
Monday, February 23, 2009
Matre Forever!
Apr 5, '08 12:02 AM
for everyone
Iya, saya matre.
Saya suka uang. Saya suka mencari uang. Saya tak takut berkeringat mendapatkan uang. Kesuksesan tak ada artinya bagi saya kalau tidak disertai uang. Jadi terkenal juga tak penting, saya tak keberatan ada di belakang layar atau dibawah bayang-bayang orang lain. Asalkan uang yang saya dapat setara, saya akan puas.
Saya juga suka mengelola uang. Tapi di sini saya sedikit kontradiktif.
Di satu sisi, saya senang sekali membelanjakan uang saya untuk membahagiakan orang-orang yang saya pilih. Saya senang membantu orang-orang yang saya pilih untuk memperbaiki hidup mereka dengan kekuatan uang yang saya miliki. Pilih kasih? Iya. So what? It’s my money. I earn it, I get to use it as I see fit.
Di sisi lain, saya tidak suka membelanjakan uang untuk diri sendiri. Saya tidak suka belanja ini itu. Saya jarang sekali makan di restoran. Saya nyaris tidak pernah berhura-hura. Saya suka membiarkan uang saya terkumpul dan memakainya untuk tujuan-tujuan besar. Pelit? Iya lah. Saya mencari uang dengan susah payah, tidak mungkin saya akan menghamburkannya begitu saja.
Kepala saya selalu berisi uang. Apa yang saya lakukan hari ini untuk mendapatkannya. Apa yang tidak boleh saya lakukan untuk membelanjakannya. Berapa yang harus saya sisihkan bulan ini untuk keperluan itu. Berapa banyak saya bisa menabung. Kapan saya bisa pensiun dan makan bunga ongkang-ongkang kaki.
Saya juga punya penyakit dalam hal uang. Sekali saja saya berhenti memikirkan uang, saya bisa kehilangan kendali atas keuangan saya selama berbulan-bulan. Akibatnya berat, rencana saya buyar. Bulan demi bulan bisa lewat tanpa saya tahu berapa yang seharusnya bisa saya tabung dan kemana saja semua uang itu pergi.
Kalau saya harus memilih antara memikirkan uang 24 jam sehari dan kehilangan kendali selama berbulan-bulan, saya akan memilih yang pertama.
Matre forever!
for everyone
Iya, saya matre.
Saya suka uang. Saya suka mencari uang. Saya tak takut berkeringat mendapatkan uang. Kesuksesan tak ada artinya bagi saya kalau tidak disertai uang. Jadi terkenal juga tak penting, saya tak keberatan ada di belakang layar atau dibawah bayang-bayang orang lain. Asalkan uang yang saya dapat setara, saya akan puas.
Saya juga suka mengelola uang. Tapi di sini saya sedikit kontradiktif.
Di satu sisi, saya senang sekali membelanjakan uang saya untuk membahagiakan orang-orang yang saya pilih. Saya senang membantu orang-orang yang saya pilih untuk memperbaiki hidup mereka dengan kekuatan uang yang saya miliki. Pilih kasih? Iya. So what? It’s my money. I earn it, I get to use it as I see fit.
Di sisi lain, saya tidak suka membelanjakan uang untuk diri sendiri. Saya tidak suka belanja ini itu. Saya jarang sekali makan di restoran. Saya nyaris tidak pernah berhura-hura. Saya suka membiarkan uang saya terkumpul dan memakainya untuk tujuan-tujuan besar. Pelit? Iya lah. Saya mencari uang dengan susah payah, tidak mungkin saya akan menghamburkannya begitu saja.
Kepala saya selalu berisi uang. Apa yang saya lakukan hari ini untuk mendapatkannya. Apa yang tidak boleh saya lakukan untuk membelanjakannya. Berapa yang harus saya sisihkan bulan ini untuk keperluan itu. Berapa banyak saya bisa menabung. Kapan saya bisa pensiun dan makan bunga ongkang-ongkang kaki.
Saya juga punya penyakit dalam hal uang. Sekali saja saya berhenti memikirkan uang, saya bisa kehilangan kendali atas keuangan saya selama berbulan-bulan. Akibatnya berat, rencana saya buyar. Bulan demi bulan bisa lewat tanpa saya tahu berapa yang seharusnya bisa saya tabung dan kemana saja semua uang itu pergi.
Kalau saya harus memilih antara memikirkan uang 24 jam sehari dan kehilangan kendali selama berbulan-bulan, saya akan memilih yang pertama.
Matre forever!
Jangan Bilang Ibumu
Apr 6, '08 7:46 AM
for everyone
Saya tidak ingin pergi kondangan. Meskipun dia bagian dari keluarga besar ibu kamu. Meskipun cuma di belakang rumah kita. Saya penat setelah seharian bekerja dan berpanas-panasan di bawah matahari Jakarta yang terik. Di hari Sabtu pula.
Sekarang saya sudah di rumah. Saya tidak ingin memenuhi kewajiban sosial apapun dari siapapun. Saya tidak ingin susah payah mandi, berdandan, lalu datang sekedar untuk bersalaman, makan apa yang tersisa dan pulang. Saya ingin main dengan anak saya. Lalu saya ingin tidur. Atau bengong di ranjang mengosongkan otak. Atau bercinta denganmu supaya penat saya hilang.
Saya cinta kamu karena kamu menjawab: "Tenaaaang...ini rahasia kita berdua!"
Saya cinta kamu karena kamu mengunci pintu dan menuntun saya ke kamar.
Saya cinta kamu karena kamu menghilangkan penat saya.
for everyone
Saya tidak ingin pergi kondangan. Meskipun dia bagian dari keluarga besar ibu kamu. Meskipun cuma di belakang rumah kita. Saya penat setelah seharian bekerja dan berpanas-panasan di bawah matahari Jakarta yang terik. Di hari Sabtu pula.
Sekarang saya sudah di rumah. Saya tidak ingin memenuhi kewajiban sosial apapun dari siapapun. Saya tidak ingin susah payah mandi, berdandan, lalu datang sekedar untuk bersalaman, makan apa yang tersisa dan pulang. Saya ingin main dengan anak saya. Lalu saya ingin tidur. Atau bengong di ranjang mengosongkan otak. Atau bercinta denganmu supaya penat saya hilang.
Saya cinta kamu karena kamu menjawab: "Tenaaaang...ini rahasia kita berdua!"
Saya cinta kamu karena kamu mengunci pintu dan menuntun saya ke kamar.
Saya cinta kamu karena kamu menghilangkan penat saya.
Subscribe to:
Comments (Atom)
